Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Tom Felten

Menemukan Ruang-Ruang Terbuka

Dalam buku berjudul Margin, Dr. Richard Swenson menulis, “Kita harus memiliki ruang untuk bernapas. Kita butuh kebebasan untuk berpikir dan kesempatan untuk memulihkan diri. Hubungan-hubungan kita dicekik oleh percepatan . . . Anak-anak kita tergeletak penuh luka di tanah, tergilas oleh niat baik kita yang berlebihan. Apakah Allah sekarang berpihak pada kepenatan? Apakah Dia tidak lagi membimbing umat-Nya ke tepi aliran air yang tenang? Siapa yang merampas ruang-ruang yang di masa lalu terbuka lebar, dan bagaimana kita dapat merebutnya kembali?” Swenson berkata bahwa kita membutuhkan “tanah” yang tenang dan subur dalam kehidupan, tempat kita dapat beristirahat di dalam Allah dan berjumpa dengan-Nya.

Bertanggung Jawab atas Dosa

Kedua mata teman saya menunjukkan apa yang saya sendiri rasakan—ketakutan! Sebagai remaja, kami sudah berperilaku buruk dan sekarang kami menciut gemetaran di hadapan ketua kamp remaja yang kami ikuti. Pria tersebut, yang mengenal baik masing-masing ayah kami, berkata dengan penuh kasih tetapi tegas tentang betapa kecewanya ayah kami nanti. Ingin rasanya kami merangkak ke bawah meja, karena merasakan besarnya tanggung jawab atas pelanggaran kami.

Ketaatan yang Membebaskan

Raut wajah gadis muda itu mencerminkan kecemasan dan rasa malu. Memasuki Olimpiade Musim Dingin 2022, kesuksesannya sebagai atlet seluncur indah tak tertandingi—serangkaian gelar juara seakan telah memastikan bahwa ia bakal meraih medali emas. Namun kemudian, hasil tes doping menunjukkan keberadaan zat terlarang dalam tubuhnya. Ekspektasi dan kecaman membebaninya begitu rupa, sehingga ia terjatuh beberapa kali di nomor free skate dan membuatnya gagal naik podium. Tidak ada medali yang berhasil diperolehnya. Sebelum skandal terjadi, gadis muda itu pernah mempertunjukkan kebebasan dan kreativitas artistiknya di atas es, tetapi sekarang tuduhan bahwa ia melanggar aturan telah menghancurkan mimpinya.

Kasih Karunia dan Perubahan

Peristiwa kriminal itu begitu mengagetkan, dan pelakunya pun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dalam tahun-tahun sesudahnya, si pelaku—dalam kesendiriannya dipenjara di sel yang terpisah dengan napi-napi lain—mengalami suatu proses penyembuhan jiwa dan rohani. Ia bertobat dan hubungannya dengan Tuhan dipulihkan. Hari-hari ini, ia sudah diizinkan berinteraksi dengan sesama napi, meskipun masih dibatasi. Oleh anugerah Allah, dan lewat kesaksiannya, beberapa narapidana telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dan menemukan pengampunan dalam Dia.

Lebih Daripada Penampilan Luar

José, seorang yang baru percaya, sedang mengunjungi gereja tempat saudara laki-lakinya berbakti. Ketika ia memasuki ruang kebaktian, saudaranya sempat terkejut saat melihatnya. Karena José mengenakan kaus, tato-tato yang memenuhi kedua lengannya terlihat jelas. Saudara José menyuruhnya untuk pulang dan mengenakan baju lengan panjang, karena banyak dari tato tersebut menunjukkan masa lalu José. Kontan José merasa dirinya sangat kotor. Namun, seorang pria kebetulan mendengarkan percakapan kedua saudara itu. Ia lalu mengajak José menemui pendeta gereja tersebut, sambil menceritakan apa yang terjadi. Sang pendeta tersenyum dan membuka beberapa kancing bajunya, lalu menunjukkan tato besar pada dadanya—jejak dari masa lalunya sendiri. Ia meyakinkan José bahwa karena Allah telah menyucikannya luar dalam, José tidak perlu menutup-nutupi lengannya.

Permulaan yang Kecil

Setelah selesai dibangun pada tahun 1883, Jembatan Brooklyn dinobatkan sebagai “keajaiban dunia kedelapan”. Namun, struktur jembatan itu bisa dibangun berkat sehelai kabel baja tipis yang dipasang dari satu menara ke menara lainnya. Kabel lain kemudian ditambahkan kepada kabel pertama tadi, demikian seterusnya hingga membentuk satu kabel yang sangat besar, lalu dijalin hingga terikat dengan tiga kabel besar lainnya. Ketika selesai, setiap kabel yang terdiri dari lima ribu kabel lebih yang telah digalvanisasi turut menyokong berdirinya jembatan gantung terpanjang pada masanya itu. Sesuatu yang awalnya kecil berubah menjadi bagian besar dari Jembatan Brooklyn.

Berdiri Teguh dalam Iman

Nokia menjadi perusahaan ponsel dengan penjualan terlaris di dunia pada tahun 1998 dan keuntungannya naik sampai hampir empat miliar dolar pada tahun 1999. Namun, pada tahun 2011, penjualan merosot tajam dan merek ponsel yang semakin turun pamornya itu diakuisisi oleh Microsoft. Salah satu faktor kegagalan divisi ponsel Nokia adalah budaya kerja yang didasari oleh rasa takut yang berakibat pada dihasilkannya keputusan-keputusan yang membawa petaka. Karena takut dipecat, para manajer enggan berbicara jujur tentang sistem operasi ponsel Nokia yang kalah bersaing dan berbagai masalah lain seputar desain.

Tanda Peringatan

Pernahkah Anda bertemu dengan ular derik? Kalau pernah, mungkin Anda memperhatikan bahwa semakin Anda mendekatinya, bunyi ular derik akan semakin keras. Riset di majalah ilmiah Current Biology menyatakan bahwa ular derik memang meningkatkan bunyi deriknya ketika merasa ada ancaman mendekat. “Mode frekuensi tinggi” itu dapat membuat kita mengira bahwa ular tersebut berada lebih dekat daripada yang sebenarnya. Seorang peneliti menulis, “Kesalahan tafsir seseorang yang mendengar bunyi itu terhadap jarak . . . akan membuatnya menjaga jarak aman.”

Keputusan yang Ceroboh

Sewaktu remaja, saya pernah mengendarai mobil terlalu cepat. Saat itu saya mencoba membuntuti teman saya sepulang latihan basket. Hujan sangat deras, dan saya kesulitan mengejar mobilnya. Tiba-tiba saat wiper mobil menyeka air dari permukaan kaca, tampaklah mobil teman saya berhenti tepat di depan! Saya menginjak rem kuat-kuat, tetapi mobil saya tergelincir, lalu menabrak pohon besar. Mobil saya hancur dan saya terbangun dari koma di bangsal rumah sakit setempat. Berkat pertolongan Tuhan, saya selamat, tetapi kecerobohan saya harus dibayar mahal.